RSS

Arsip Bulanan: November 2009

Istilah pada Permesinan Kapal

  1. Kamar Mesin (Engine Room), suatu ruangan khusus dikapal yang didalamnya dipasang mesin-mesin yang dibutuhkan untuk operasi kapal (menjalankan kapal/berlayar) serta muatannya (muat dan bongkar), termasuk untuk penunjang kehidupan awak kapal dan orang-orang lain diatas kapal.
  2. Ruang Kontrol Mesin (Engine Control Room), salah satu ruangan didalam kamar mesin dimana semua alat-alat kontrol mesin-mesin yang beroperasi dipasang, termasuk sistem kontrol energi listrik, agar pengawasan terhadap mesin-mesin lebih efektif dan efisien.
  3. Mesin Induk (Main Propulsion Engine), suatu instalasi mesin yang terdiri dari berbagai unit/sistem pendukung dan berfungsi untuk menghasilkan daya dorong terhadap kapal, sehingga kapal dapat berjalan maju atau mundur.
  4. Mesin-mesin Bantu (Auxiliary Engines), unit-unit dan instalasi-instalasi permesinan yang dibutuhkan untuk membantu pengoperasian kapal, termasuk untuk mesin induk, operasi muatan, pengemudian, navigasi dll., termasuk, tetapi tidak terbatas pada mesin-mesin dibawah ini.

    • Mesin Generator (Generator Engine), suatu instalasi mesin / unit penggerak generator atau pembangkit tenaga listrik, merupakan salah satu mesin bantu yang paling penting dikapal untuk menghasilkan tenaga / energi listrik. Jenis mesin ini biasanya mesin Diesel, kecuali dikapal yang menggunakan uap sebagai energi panasnya, mesin ini digerakkan dengan turbin uap.
    • Generator, bagian yang menjadi satu dengan mesin generator yang mampu membangkitkan energi atau arus listrik yang dibutuhkan untuk operasi kapal seperti menjalankan motor-motor listrik untuk mesin kemudi, pompa, kompresor udara, dll., serta untuk penerangan, pemanas, dll.,
    • Pompa-pompa (Pumps), alat untuk memindahkan zat cair seperti air tawar, air laut, bahan bakar dan lain-lain, yang biasanya dilengkapi dengan sistem perpipaan, termasuk katup isap, katup tekan dan katup-katup lain, saringan, tangki-tangki, alat-alat pengaman dll. Jenis-jenis pompa a.l.:

      • Pompa Pendingin Air Tawar (Fresh Water Cooling Pump), untuk memindahkan sekaligus men-sirkulasikan air tawar melalui berbagai sistem pipa-pipa, pendingin (cooler), tangki ekspansi, berbagai katup, saringan dan lain-lain, berfungsi untuk mendinginkan blok silinder/badan mesin penggerak akibat terjadinya pembakaran didalam silinder mesin.
      • Pompa Pendingin Air Laut (Sea Water Cooling Pump), yang mengisap air laut diluar kapal dan mensirkulasikannya untuk mendinginkan air tawar, minyak lumas dan lain-lain agar temperaturnya tetap pada temperatur yang dikehendaki. Setelah digunakan, air laut ini kembali dibuang ke laut.
      • Pompa Servis Umum (General Service Pump), unit pemindah air laut yang mempunyai fungsi ganda, artinya bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti pendingin air tawar, minyak lumas, juga untuk mengalirkan air laut untuk pemadaman kebakaran, dan lain-lain.
      • Pompa Minyak Lumas (Lube Oil Pump), unit pemindah minyak lumas yang dibutuhkan untuk melumasi bagian-bagian mesin yang saling bergesekan, sekaligus menyerap panas yang ditimbulkan akibat gesekan tersebut. Minyak lumas ini disirkulasikan melalui unit pendingin agar temperatur tidak melebihi ketentuan.
      • Pompa Bahan Bakar (Fuel Oil Pump), terdiri dari berbagai unit, misalnya pompa transfer untuk memindahkan bahan bakar dari satu tangki ke tangki lain, atau pompa booster untuk mengalirkan bahan bakar ke unit-unit separator, dan/atau ke mesin-mesin dimana bahan bakar ini akan dibakar didalam silinder.
      • Pompa Ballast (Ballast pump), pompa yang digunakan untuk mengisi dan mengosongkan air laut ke dan dari tangki-tangki balas di kapal. Tangki-tangki ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan kapal agar tegak dan tidak miring, atau untuk memperbaiki stabilitas kapal agar nilai GM-nya tetap positif, terutama sewaktu kapal dalam pelayaran tanpa muatan.
      • Pompa Got (Bilge Pump), salah satu pompa yang fungsinya untuk membuang air berminyak (oily water) yang ada di got (bilge) kamar mesin. Pompa ini harus dilengkapi unit separator air berminyak (oily water separator), agar cairan yang dibuang kelaut mengandung minyak tidak lebih dari 15 ppm.
      • Pompa Sanitair (sanitary pump),baik untuk air tawar maupun air laut, yaitu pompa untuk menyalurkan air tawar maupun air laut ke sistem sanitair kapal, yaitu ke kamar-kamar mandi dan WC.
      • Pemindah Panas (Heat Exchanger), terdiri dari:
        1. Pendingin (Cooler) untuk Udara, Air Tawar, Minyak Lumas, dll., yaitu unit yang berfungsi menurunkan temperatur suatu zat yang menjadi akibat operasi mesin, agar temperaturnya konstan dan tidak melebihi ketentuan. Di unit ini selalu ada zat yang akan didinginkan dan zat atau media pendingin yang biasanya terdiri dari air laut.
        2. Pemanas (Heater) untuk Bahan Bakar, Minyak Lumas, Air Tawar, dll., yaitu peralatan untuk memanaskan suatu zat, misalnya bahan bakar agar kekentalannya turun, atauk memanaskan ruangan dimusin dingin, dll.
        3. Kondensor (Condenser), yang pada dasarnya berfungsi untuk merubah bentuk zat dari uap atau gas menjadi bentuk cair. Unit ini biasanya terdapat pada turbin uap dan mesin pendingin.
        4. Ketel Uap (Steam Boiler), instalasi yang berfungsi untuk merubah air (tawar) menjadi uap yang mem[unyai tekanan lebih dari 1 bar. Uap ini digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti menjalankan mesin atau turbin uap, media pemanas berbagai zat atau ruangan-ruangan akomodasi diwaktu musin dingin atau didaerah dingin. Bahkan sering digunakan didapur untuk keperluan berbagai alat pemanas makanan / minuman.
        5. Ketel Gas Buang (Exhaust Gas Boiler), yang terdapat pada kapal-kapal yang menggunakan mesin Diesel sebagai mesin induknya. Sewaktu mesin induk jalan, untuk menghemat bahan bakar, maka pemanasan air untuk dijadikan uap dilakukan dengan memanfaatkan panas gas buang mesin induk yang tidak terpakai lagi.
      • Mesin-mesin Dek (Deck Machineries), unit-unit atau instalasi permesinan yang dibutuhkan untuk operasi kapal, termasuk sewaktu berlayar dilaut, maupun selama operasi muatan di pelabuhan. Unit-unit ini dioperasikan oleh awak kapal bagian dek, namun perawatan dan perbaikannya dibawah tanggung jawab awak kapal mesin.
        1. Mesin Kemudi (Steering Gear), instalasi penggerak daun kemudi untuk merubah arah / haluan kapal. Unit mesinnya terletak diburitan, diatas batang kemudi, namun dapat dioperasikan dari anjungan melalui unit telemotor.
        2. Mesin Jangkar (Windlass), unit mesin yang berada dihaluan kapal, untuk menurunkan dan menaikkan jangkar sewaktu berlabuh diluar pelabuhan.
        3. Mesin Kapstan (Penarik tali tambat), unit yang dibutuhkan untuk menggulung dan/atau mengulur tali tambat, sewaktu kapal akan sandar atau lepas dari dermaga.
        4. Mesin Pengangkat Muatan (Crane), unit-unit mesin untuk mengangkat muatan keatas kapal dan memasukkannya kedalam palka (ruang muat kapal) atau menaikkan muatan jika akan dibongkar ke dermaga.
      • Pembangkit Air Tawar (Fresh Water Generator), suatu unit pembangkit air tawar, atau merubah air laut menjadi air tawar dengan cara menguapkan air laut kemudian diembunkan sehingga menjadi air tawar.
      • Pemisah Zat Cair (Separator), terdiri dari:
        1. Pemisah Bahan Bakar (Fuel Oil Separator), suatu unit permesinan yang gunanya untuk memisahkan bahan bakar dengan zat-zat lain, terutama air dan endapan-endapan yang terkandung didalam bahan bakar sehingga bahan bakar yang akan disuplai ke mesin tetap murni dan bersih.
        2. Pemisah Minyak Pelumas (Lube Oil separator), unit pemisah minyak lumas, biasanya hanya untuk minyak lumas mesin induk, agar terpisah dari air dan kotoran-kotoran lain, sehingga kualitas minyak lumas tetap terjaga.
        3. Pemurni Bahan Bakar (Purifier), hampir sama dengan separator bahan bakar, tetapi disini fungsinya untuk memisahkan bahan bakar dengan air dan zat-zat lain yang tidak diinginkan.
        4. Penjernih (Clarifier) untuk bahan bakar, yang fungsinya hampir sama dengan separator, hanya disini bahan bakar akan dijernihkan dan dipisahkan dari endapan-endapan atau lumpur-lumpur yang belum dapat dipisahkan oleh purifier. Biasanya unit ini dipasang seri dengan purifier untuk menghasilkan bahan bakar yang benar-benar murni dan jernih.
        5. Separator Air Berminyak (Oily Water Separator), untuk memisahkan air got kamar mesin dari kandungan minyak akibat kebocoran minyak yang jatuh ke got kamar mesin. Sesuai peraturan MARPOL, air yang dibuang ke laut tidak boleh mengandung minyak lebih dari 15 ppm

        Pembakar (Incinerator), suatu unit yang digunakan untuk membakar sampah-sampah dan minyak-minyak kotor yang tidak boleh dibuang ke laut sesuai peraturan yang tercantum didalam MARPOL.
        Instalasi Pembuang Kotoran (Sewage Plant), digunakan untuk menampung dan kemudian membuang ke laut, kotoran-kotoran manusia setelah diberi bahan penetral.
        Main Switch Board (Papan Penghubung Induk), suatu unit sistem listrik kapal yang biasanya dipasang di ruang kontrol, dimana arus listrik dari setiap generator dikontrol dan didistribusikan keseluruh bagian kapal yang perlu melalui papan-papan distribusi.
        Distribution Board (Papan Distribusi), bagian sistem distribusi dari main switchboard yang ditempatkan diberbagai lokasi untuk memudahkan kontrol pemakaian arus listrik. Dari sini arus listrik didistribusikan lagi ke unit-unit yang memerlukan melalui kotak-kotak distributor.
        Distribution Box (Kotak Distribusi), bagian dari papan distribusi, biasanya dilengkapi dengan switch-switch untuk starter jika arus listriknya digunakan untuk menjalankan motor listrik.
        Motor Listrik (Electric Motor), suatu unit penggerak dengan energi listrik untuk menggerakkan alat-alat tertentu seperti pompa, kompresor, separator dan lain-lain.

        1. Generator Darurat (Emergency Generator), yang digunakan jika tiba-tiba terjadi “black-out) akibat tidak berfungsinya generator. Generator ini bekerja secara otomatis atau manual atau dapat juga digantikan dengan sistem baterei (accumulator) yang bekerja secara otomatis. Generator darurat dapat distart dengan tangan atau dengan baterei.

        Mesin-mesin Darurat (Emergency Engines)
        Kompresor Udara Darurat (Emergency Air Compressor), yang akan difungsikan jika kompresor udara rusak dan tidak dapat difungsikan karena tidak ada arus listrik yang menggerakkan motornya. Kompresor ini dijalankan dengan mesin tersendiri dan dapat distart dengan tangan.

 
16 Komentar

Ditulis oleh pada 16 November 2009 inci Ilmu Lanjutan

 

Riwayat Singkat Permesinan Kapal

Kapal adalah alat transportasi di laut dan perairan lain seperti sungai dan danau. Fungsi utamanya adalah mengangkut barang dan penumpang. Namun banyak jenis kapal yang dibuat bukan untuk mengangkut muatan, seperti kapal perang, kapal ikan, kapal pesiar (yacht) dan lain-lain. Beberapa abad silam, kapal di laut hanya digerakkan dengan tenaga manusia (dayung) dan angin. Seiring dengan perkembangan teknologi, kecuali untuk olah raga, kapal yang didayung dengan tenaga manusia dan yang didorong angin, sudah jarang digunakan. Mesin telah menjadi pengganti tenaga penggerak kapal yang sangat efektif, dan mesin penggerak kapal semakin berkembang seiring kemajuan teknologi. Kapal bukan saja semakin cepat, tetapi juga semakin besar dan fungsinya semakin bervariasi.

Sampai dengan abad XVIII, kapal hanya digerakkan dengan kekuatan angin. Mesin untuk menggerakkan kapal baru mulai sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt. (1736 – 1819). Beliau bukan saja menemukan mesin uap, tetapi yang sangat penting adalah, sejak saat itu para ahli tehnik menjadi sadar bahwa panas adalah salah satu bentuk energi. Perkembangan, bahkan revolusi tehnologi yang sekarang demikian menakjubkan, diawali dengan penemuan ini. Uap yang bentuknya gas dan lebih ringan, ternyata menyimpan energi yang demikian besar sehingga mampu menghasilkan tenaga yang sangat besar.

Energi panas yang “ditemukan” James Watt berkembang terus, dan kemudian muncul berbagai jenis mesin yang menghasilkan tenaga lebih besar yang juga memanfaatkan energi panas. Mesin-mesin Diesel, Otto, kemudian turbin uap, telah menggantikan mesin uap dengan semakin efisiennya energi panas yang digunakan. Penemuan listrik, magnit, elektronika dan bahan-bahan yang lebih baik ikut meningkatkan perubahan dunia sehingga menjadi semakin maju dan menakjubkan. Roket yang dapat mengirimkan manusia pertama ke bulan menggunakan panas sebagai energinya, demikian juga satelit-satelit dapat “dipasang” diluar angkasa adalah berkat energi ini. Ribuan tahun umur bumi, tidak ada perkembangan yang berarti dalam kehidupan manusia. Namun, dunia menjadi sangat berubah dalam kurun waktu hanya 300 tahun sejak penemuan ini.

Segalanya menjadi semakin besar (gedung, kapal), semakin banyak (produksi), semakin tinggi (bangunan), semakin mudah (komunikasi), semakin cepat (kendaraan), semakin nyaman (Aircon), dan lain-lain. Pertanyaan sampingannya, apakah hal ini membuat manusia menjadi semakin baik, semakin bahagia, dan/atau semakin aman?

Walaupun pada dasarnya kapal adalah alat angkut seperti halnya dengan mobil dan pesawat terbang, tetapi kapal mempunyai kekhususan dan perbedaan yang sangat mendasar dibandingkan dengan alat-alat angkut lain.

Pertama, kapal selalu berada di air, dimanapun dan dalam kegiatan apapun, dimana selalu ada kemungkinan terjadi kecelakaan seperti tenggelam. Walaupun dalam keadaan diam di suatu pelabuhan, kapal tetap berada di air. Berbeda dengan pesawat terbang yang hanya beberapa jam berada diudara, dan selalu akan kembali ke daratan. Belum lagi jika harus berhadapan dengan cuaca buruk.

Kedua, lautan diseluruh dunia adalah satu kawasan yang saling terhubung, dan menjadi bagian dari hampir semua negara. Disini berarti, terdapat hukum internasional yang harus dipatuhi karena kapal dapat berada dimanapun.

Ketiga, diatas kapal harus selalu ada orang, di kapal berukuran kecil sekurang-kurangnya terdapat sepuluh orang sebagai awak kapal dan untuk kapal berukuran sedang mencapai dua puluh hingga lima puluh orang. Bahkan dikapal penumpang dan kapal angkatan laut yang relatip lebih besar, awak kapalnya mencapai ribuan orang. Ini berarti diatas kapal ada masyarakat tersendiri, ada kehidupan yang harus ditunjang dengan fasilitas kehidupan yang memadai.

Konsekuensi dari kekhususan tersebut, disamping untuk mengoperasikan kapal, dikapal harus ada fasilitas-fasilitas tertentu. Fasilitas yang sangat penting antara lain fasilitas operasi kapal dan penunjang hidup manusia diatas kapal. Semua fasilitas ini memerlukan “mesin” atau peralatan-peralatan khusus yang harus ada di kapal. Sebagai analog, setiap rumah tangga memerlukan energi listrik yang bisa diperoleh dari pusat tenaga listrik, di Indonesia dikelola oleh PLN. Di kapal, energi listrik harus diadakan sendiri, karena sewaktu di laut kapal tidak mungkin memperolehnya dari PLN. Semua fasilitas yang dibutuhkan termasuk ruangan penyimpan kebutuhan operasi kapal seperti tangki-tangki untuk menyimpan berbagai zat cair yang diperlukan (air tawar, bahan bakar, bahan pelumas, dll).

Permesinan kapal cukup komplek, dan untuk mengoperasikannya, perlu pengetahuan dan keterampilan diberbagai bidang keilmuan seperti permesinan, listrik, instrumentasi, teknologi bahan dan lain-lain. Semua pengetahuan tersebut masih harus ditunjang dengan berbagai pengetahuan manajerial dan sosial, termasuk kepemimpinan dan hukum laut nasional maupun internasional. Yang juga harus diperhitungkan, menyangkut keselamatan dan pencegahan pencemaran laut yang harus benar-benar dipahami agar tidak menambah kesulitan dalam pengoperasian kapal.

Seperti halnya kapal dengan sistem lambungnya, semua permesinan dan instalasi yang ada dikapal juga harus memenuhi persyaratan kelas (Klasifikasi) yang menjadi salah satu penentu, apakah kapal tersebut dapat dikategorikan “laik laut”. Walaupun pada dasarnya mesin-mesin kapal sama dengan mesin didarat, namun dalam hal-hal tertentu mesin-mesin kapal harus memenuhi persyaratan yang sangat berbeda. Diantaranya, masalah bahan yang digunakan dikapal, berkaitan dengan kekuatan dan keselamatan. Bahan yang digunakan dikapal, bukan saja harus kuat dan tahan korosi, tetapi juga harus tahan goncangan / getaran. Sebagai contoh, pipa dikapal harus dari baja galvanis, pipa PVC tidak boleh digunakan. Isolasi kabel listrik minimal harus berlapis tiga dengan ketebalan tertentu dengan bahan yang kuat dan tahan air, dan lain-lain.

Dengan memahami permesinan kapal ini, diharapkan mereka yang berkepentingan dengan kapal, memiliki cukup pemahaman secara memadai. Bukan saja sebagai apresiasi terhadap para pelaksana dilapangan atau dikapal, tetapi sedikit banyak memiliki kehati-hatian dalam menentukan suatu desain atau pilihan sistem serta bahan yang akan digunakan. Di kapal, tanggungjawab pelaksana bukan hanya dalam hal operasi dan perawatan atau perbaikan. Masalah keselamatan dan terpeliharanya lingkungan laut adalah hal-hal yang dalam kondisi tertentu harus diprioritaskan. Baik desainer maupun para pengelola / pemilik kapal harus ikut dan bersama-sama menyadari bahwa keselamatan bukan hanya harus di-nomersatu-kan (safety first), tetapi harus dibudayakan safety culture).

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 16 November 2009 inci Marine Engineer

 

Reparasi Propeller

Kerusakan pada propeller khususnya pada daun propeller berpengaruh terhadap performa dari kapal dimana daya yang ditransferkan dari mesin tidak dapat di serap secara maksimal (dengan kata lain terjadi losses daya pada propeller). Sebagai contoh jika daun propeller mengalami bending atau bengkok maka kemungkinan terjadi perubahan pitch propeller untuk rasio r/R tertentu, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan pada beban propeller (propeller load) sehingga untuk mencapai kecepatan servis dibutuhkan daya motor penggerak yang lebih besar (kurva beban propeller akan naik dan keluar dari kurva range daya mesin/engine envelope) dan jika dipaksakan maka motor induk akan bekerja dengan keras (MCR secara kontinu) hal ini akan membahayakan motor, jika digunakan secara kontinu maka kemungkinan motor akan rusak (batang piston, piston dan bagian-bagian bergerak lainnya).

Proses reparasi propeller kapal dilakukan ketika kapal berada di dalam dok (proses docking), umumnya kerusakan pada propeller terjadi pada bagian daunnya (blade) dimana daun propeller inilah yang menjadi prantara antara kapal dan air sehingga kapal dapat berjalan, sebagai contoh kerusakan pada daun propeller seperti : mengalami fouling, terjadi pengikisan akibat kavitasi, terjadi keretakan dan bengkokan (bending) akibat berbenturan dan sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dengan kondisi propeller yang tidak optimum tersebut maka performa propeller akan turun.

Secara umum proses reparasi propeller berdasarkan jenis kerusakan atau permasalahan yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

Pengikisan daun propeller.

  • Bersihkan daun propeller
  • Lakukan penambahan bahan (sesuai material propeller) dengan las Pada bagian-bagian propeller yang mengalami pengikisan.
  • Setelah dilakukan penambahan ketebalan (las popok), selanjunya digerinda dan dihaluskan permukaan daun propeller hingga sesuai dengan kondisi awal dengan bentuk dan ketebalan yang sama.
  • Langkah terakhir adalah balancing propeller

Fouling dalam jumlah besar pada propeller

  • Bersihkan daun propeller dengan gerinda hingga semua fouling yang mempel dapat terlepas. Pastikan daun propelle tidak terkena gerinda pada proses ini.
  • Untuk sisa-sisa fouling yang masih menempel dapat dibersihkan dengan cairan kimia yang mendapatkan sertifikasi.
  • Lankah terakhir adalah meratakan permukaan daun propelle dengan grinda.

Keretakkan pada daun propeller

  • Pada bagian yang retak dipotong dan diganti dengan plat baru dengan ketebalan dan jenis material yang sesuai dengan propeller, penyambungan dilakukan dengan cara dilas.
  • Setelah disambung, kemudian digrinda (pada sambungan) sampai permukaannya halus dan ketebalan sesuai dengan ketebalan propeller.
  • Langkah terkahir adalah balancing propeller.

Bengkokan/bending dan patah pada daun propeller

  • Apabila bengkokan yang terjadi tidak begitu parah, maka daun propeller dapat diluruskan kembali dengan cara dipanaskan dan dipukul merata atau dipres hingga rata, yang harus diperhatikan adalah sudut rake propeller, pastikan tidak terjadi perubahan sudut.
  • Jika bengkokan yang terjadi cukup parah, maka sisi daun propeller tersebut harus dipotong dan disambung lagi dengan plat yang memiliki bahan dan ketebalan yang sama. Penyambungan dilakukan dengan las.
  • Pada sisi penyambungan digerinda hingga halus dan ketebalannya sesuai dan pada sisi tip propeller dibentuk sesuai dengan bentuk awal (dengan grinda).
  • Selanjutnya propelle dibalancing.

Proses pemotongan blade propeller

  • Proses pemotongan blade propeller, penyebab terjadinya pemotongan ini diakibatkan karena kerja engine menggerakkan propeller terlalu berat sehingga engine menjadi over heat dan merusak sebagian sensor panas yang dipasang pada sistem transmisi kapal. Solusi agar masalah ini terselesaikan adalah melakukan pemotongan sehingga mengurangi diameter propeller dan sesuai dengan beban yang mampu ditanggung engine.

    • Persiapan sebelum pemotongan adalah pembuatan mal yang telah disesuaiakan dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Mal yang dipakai disini terbuat dari kertas sampul, langkah pertama pemotongan adalah meletakkan mal pada blade yang akan dipotong kemudian dibuat pola sesuai mal pada blade menggunakan spidol.
  • Pemotongan dilakukan pada ujung blade sesuai dengan tujuan awal yaitu mengurangi diameter. Alat yang digunakan adalah gerinda potong dan orang yang berhak melakukan proses ini harus memiliki sertifikat dari klas.
    • Untuk mempermudah proses pemotongan bagian yang akan dipotong dibagi beberapa potongan kecil.
  • Setelah semua bagian terpotong maka langkah selanjutnya bagian ujung blade yang terpotong tadi dihaluskan menggunakan amplas atau gerinda, seluruh blade juga dipoles menggunakan gerinda supaya terlihat rapi dan indah.

Fig. III.6.1 Proses pemotongan blade propeller.

III.7 Balancing propeller

Setelah dilakukan perbaikan di atas selanjutnya adalah proses balancing propeller. Balancing propeller merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing daun propeller telah seimbang satu dengan yang lainnya. Tujuan dari balancing ini adalah agar tidak terjadi torsi yang tidak seimbang pada saat propeller berputar yang mana jika dibiarkan terus dapat mengakibatkan deformasi atau lenturan pada poros propeller dan getaran yang sifatnya fluktutatif dan merusak, sehingga dapat membahayakan.

Proses balancing propeller ini dapat dilakukan secara konvensional atau dengan alat khusus pengecek getaran dan keseimbangan.

Pada balancing secara manual dilakukan dengan menggunakan poros sederhana. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

  1. Siapkan sebuah poros panjang dengan diameter yang sesuai dengan diameter bos propeller. Biasanya ukuran poros ini sudah tersedia di pasaran dengan ukuran yang sesuai dengan diameter hub propeller
  2. Masukkan poros tersebut ke dalam hub propeller dan berikan sedikit pelumas agar putarannya lancar.
  3. Berikan pengunci pada kedua sisi poros agar propeller tidak terlepas ketika diputar.
  4. Putar daun propeller dengan kecepatan tertentu hingga propeller berhenti dengan sendirinya akibat massa propeller dan gaya gravitasi.
  5. Lakukan langkah di atas beberapa kali hingga propeller berhenti dengan sendirinya.
  6. Jika propeller berhenti pada satu sisi daun propeller setelah dilakukan beberapa kali putaran (salah satu daun selalu berada dibawah) dimana propeller berhenti akibat perbedaan massa dari daun propeller, maka dapat dipastikan daun tersebut memiliki massa yang tidak sesuai (lebih berat) dari daun propeller yang lain. Sehingga dapat dikatan propeller tersebut tidak balance.

Untuk mengetahui seberapa banyak kelebihan massa dari daun propeller yang tidak balance tersebut, dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit massa pada ujung daun propeller lain sebagai penyeimbang. Pemberat ini dapat menggunakan malam. Setelah diberi pemberat, selanjutnya propeller diputar kembali dan pastikan propeller dapat berhenti dengan sendirinya akibat massa dan gravitasi, jika masih belum balance tambahkan massa pemberat hingga terjadi balance.

Ketika propeller telah balance maka massa dari daun propeller yang tidak balance dapat dikatahui dari jumlah massa malam yang ditempelkan tadi sebagai penyeimbang. Dari massa tersebut kemudian dilakukan proses grinding hingga massa daun propeller dikurangi sejumlah massa malam pemberat.

Proses balancing dengan computer dapat memberikan hasil yang lebih presisi dimana propeller diputar dengan kecepatan yang dapat dikontrol, dan tingkat getarannya dapat dikontrol hingga kecepatan tinggi.

Fig. III.7.1 Proses balancing propeller.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 15 November 2009 inci Marine Engineer

 

Conduct of Vessels in Sight of One Another

Rule 11

Application

Aturan ini berlaku untuk kapal yang dapat melihat satu sama lain.

Rule 12

Sailing Vessels

(a) ketika dua kapal layer bertemu satu sama lain, jadi untuk menghindari tubrukan satu sama lain, salah satu dari mereka harus mengalah sesuai dengan aturan:

(i)ketika kapal memiliki arah angin yang berbeda, kapal yang memiliki angin pada arah port side adalah yang harus mengalah;

 123

(ii) ketika kedua kapal memiliki arah angin yang sama, kapal yang ke arah windward harus mengalah terhadap kapal yang kearah leeward;

123-2

(iii) jika pada kapal yang berlayar pada arah port side melihat kapal kearah windward dan tidak dapat memperkirakan dengan pasti apakah kapal lain tersebut memiliki angina pada arah starboard atau portside, maka kapal yang melihat tersebutlah yang harus mengalah

(b) untuk tujuan peraturan ini sisi windward dianggap sebagai sisi lawan yang bergantung pada sisi mana mainsail bergerak atau dalam kasus kapal square rigged, sisi lawan bergantung pada layar depan atau belakang terluas yang bergerak.

Rule 13

Overtaking

(a) dengan tidak mengesampingkan peraturan pada peraturan B, Sections I dan II, kapal yang melakukan overtaking terhadap kapal, maka kapal yang akan diovertakinglah yang harus mengalah.

(b) sebuah kapal diharuskan melakukan overtaking ketika bertemu dengan kapal lain dari arah yang tidak lebih dari 22.5 derajat abaft lebar kapal, posisi itulah yang menjadi acuan bagi sebuah kapl untuk melakukan overtaking, pada waktu malam dapat hanya melihat sternlight dari kapal itu tapi tidak juga sidelights.

123-3

(c) ketika sebuah kapal mengalami masalah dalam overtaking, kapal tersebut harus segera mengmbil tindakan sesuai peraturan

(d) perubahan haluan yang berikutnya diantara dua kapal tidak boleh membuat kapal yang melakukan overtaking menyilang kapal sesuai dengan peraturan atau mengabaikan kewajibannya untuk menjaga keselamatan kapal yang di overtaking sampai kapal tersebut dalam konsisi aman.

123-4

Rule 14

Head-on Situation

(a) ketika kedua kapal mesin bertemu pada haluan yang saling berhadapan sehingga untuk menghindari terjadinya tubruka masing-masing kapal harus mengubah haluan ke starboard sehingga satu sama lain saling melewati sisi portside.

(b) situasi tersebut dilakukan ketika sebuah kapal melihat kapal lain di depan atau dekat di depan dan pada waktu malam dia dapat melihat lampu-lampu masthead pada kedua sisi dan pada siang hari dia mengamati respon yang di berikan oleh kapal lain.

(c) ketika kapal berada pada kondisi seperti diatas maka kapal harus melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada.

123-5

Rule 15

Crossing Situation

Ketika dua kapal mesin bersilangan satu sama lain, maka kapal yang terus adalah kapal yang berada pada starboard dari kapal lain, jika keadaan tersebut dilakukan maka terjadinya crossing dari kedua buah kapal dapat dihindari.

123-6

Rule 16

Action by Give-way Vessel

Setiap kapal yang ingin melakukan penghindaran terhadap kapal lain harus dilakukan sejauh mungkin dan sesegera.

Rule 17

Action by Stand-on Vessel

(a)

(i) ketika sebuah kapal mau menhindari kapal lain maka kapal tersebut harus menjaga haluan dan kecepatannya.

(ii) kapal yang belakangan boleh melakukan penghindaran dengan manuveringnya sediri, sebagaimana dilakukan sesuai peraturan.

(b) ketika, dari sebab apapun, kapal perlu untuk menjaga haluan dan kecepatannya mengetahui bahwa kapal tersebut dekat dengan tubrukan yang tak dapat dihindari oleh action of the give-way kapal itu sendiri, dia harus mengambil langkah terbaik untuk menghindari kecelakaan

(c) A power driven vessel which takes action in a crossing situation sesuai dengan subparagraph (a)(ii) dari peraturan ini, jika keadaan mengijinkan, tidak ada jalur khusus ke pelabuhan untuk kapal yang berada pada bagian portside.

(d) peraturan ini tidak membebaskan adanya give-way kapal terhadap kewajibannya untuk menjaga arah

Rule 18

Responsibilities Between Vessels

Kecuali peraturan 9, 10, and 13 maka harus memenuhi aturan:

(a)kapal mesin yang berlayar maka harus mengalah terhadap:

(i)kapal yang tidak berada di bawah perintah;

(ii)kapal yang terbatas dalam kemampuan manuveringnya;

(iii)kapal yang sedang menangkap ikan;

(iv)kapal layar;

(b) kapal layar yang sedang berlayar harus mengalah terhadap:

(i)kapal yang tidak berada di bawah perintah;

(ii)kapal yang terbatas dalam kemampuan manuveringnya;

(iii) kapal yang sedang menangkap ikan;

(c) kapal yang sedang menangkap ikan ketika berlayar harus mengalah terhadap:

(i)kapal yang tidak berada di bawah perintah;

(ii)kapal yang terbatas dalam kemampuan manuvering.

(d)

(i)kapal selain kapal yang tidak berada di bawah perintah atau kapal yang terbatas dalam kemampuan manuveringnya harus mengalah, jika keadaan mengijinkan, untuk menghindari lintasan kapal yang dibatasi oleh sarat, dengan memperhatikan pada peraturan 28.

(ii) kapal yang dibatasi saratnya harus berlayar dengan hati-hati.

123-7

(e) pesawat air yang berada di atas air harus menaati peraturan ini, umumnya untuk menjaga agar semua keadaan dalam keaadan baik dan tidak menghalangi navigasi kapal. Jika suatu keadaan bagaimanapun juga memungkinkan untuk terjadinya tubrukan maka dia harus memenuhi peraturan ini.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 November 2009 inci Dasar Teory

 

Hidromodeling

Sebuah perancangan yang membutuhkan perhitungan secara mendetail baik dalam segi keindahan, seni, kekuatan, dan bentuk sebaiknya dibuat sebuah simulasi model yang akan perhitungannya sama besarnya dengan bentuk aslinya. Model perhitungan jelas sangatlah berbeda-beda. Perhitungan model pada model kapl tidak sama dengan perhitungan pada model pesawat. Jika pada pesawat terdapat factor karakteristik aliran fluida yang bergerak disekitar pesawat, maka pada kapal juga terdapat factor karakteristik aliran fluida juga disekitar kapal itu sendiri. Pada pesawat fluida yang dialami hanya memiliki satu jenis fluida yaitu udara sedangkan kapal mengalami dua jenis fluida yaitu udara dan air yang massa jenisnya 1000 kali lipat dibanding udara.

Dengan begitu, perhitungan pada model pun berbeda. Banyak jenis model yang kita temui saat ini. Model yang sering dibuat biasanya menghubungkan factor kekuatan, keselamatan dan keindahan. Seperti misalnya model pesawat terbang atau aeromodeling karena modelnya berhubungan langsung dengan udara atau hidromoeling karena modelnya secara langsung berkaitan dengan cairan (hidro) dan ada juga model-model lainnya seperti model ibu dan bayi, model ini dibuat untuk mensimulasikan karakteristik bayi yang akan dilahirkan oleh sang ibu. Model ini sudah dibuat beberapa tahun lalu dalam bidang kedokteran dan dibuat sedemikian rupa agar apa yang dirasakan model sama dengan aslinya.

  1. Pembuatan Model kapal Secara umum
  2. Perhitungan yang dibutuhkan
  3. Pemasangan mesin sederhana pada kapal model
  4. Dan lain lain

Bersambung…..

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 November 2009 inci Dasar Teory